RUTENG, dawainusa.com – Kepala Desa Bere, Cibal Barat, Manggarai, NTT, Ignasius Beon menolak untuk diwawancarai oleh media terkait dugaan korupsi pengerjaan air minum bersih di wilayahnya, yang diduga melibatkan dirinya.
Seperti diketahui, pada Sabtu (22/12) lalu, dawainusa.com menurunkan berita berjudul “Soal Air Minum, dari Sebut Kades Bere Bohong hingga Dugaan Korupsi”. Adapun untuk memastikan kebenaran di balik dugaan korupsi sebagaimana disampaikan melalui berita tersebut, dawainusa.com sudah beberapa kali menghubungi Kades Bere via telepon.
Pertama kali dawainusa.com menghubungi Kades Bere pada Minggu (23/12). Akan tetapi, saat itu, nomor telepon Kades Bere tidak dapat dihubungi. Pada Senin (24/12), dawainusa.com kembali menghubungi Kades Bere.
Baca juga: Warga Minum Air Kali, Kades Bere: Tak Pernah Ada Usulan Pembangunan Air Bersih
Saat itu, nomor yang dipakai Kades Bere dapat dijangkaui alias aktif. Tetapi Kades Bere tidak memberikan jawaban. Dawainusa.com menghubungi Kades Bere sebanyak tiga kali. Akan tetapi, semuanya tidak ada yang direspon.
Kemudian, pada Selasa (25/12), dawainusa.com kembali menghubungi Kades Bere. Akan tetapi, meskipun nomornya aktif, Kades Bere tetap tidak memberikan jawaban.
Pada Rabu (26/12), dawainusa.com memutuskan untuk menghubungi Kades Bere memakai nomor telepon yang berbeda. Tidak lama setelah nomornya tersambung, Kades Bere kemudian memberikan respon dengan mengangkat panggilan masuk dari dawainusa.com.
Akan tetapi, setelah ia mengetahui bahwa nomor yang menghubunginya itu ialah nomor wartawan. Ia mengatakan tidak akan memberikan klarifikasi soal dugaan korupsi tersebut. Ia menyatakan demikian karena dirinya tidak mau diwawancarai via telepon. “Saya tidak mau wawancara lewat telepon,” kata Kades Bere, Ignasius Beon kepada dawainusa.com.
Soal Dugaan Korupsi yang Dilakukan oleh Kades Bere
Adapun dugaan korupsi ini ditemukan dawainusa.com dari sejumlah keterangan yang disampaikan oleh berbagai sumber. Sebagaimana dalam berita yang diterbitkan dawainusa.com sebelumnya, dijelaskan bahwa, dari keterangan sumber yang tidak mau disebutkan namanya, pada bulan Mei lalu, ada tim dari kabupaten yang melakukan sosialisasi program di Desa Bere bersama para aparat desa.
Program itu diketahui ialah PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat), yakni salah satu program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia dengan dukungan Bank Dunia. Program ini difokuskan untuk wilayah perdesaan dan pinggiran kota.
“Pada saat sosialisasi, tim dari kabupaten – sebagai fasilitator program PAMSIMAS ini – meminta kepada Pemerintah Desa untuk melakukan identifikasi masalah yang ada di Desa Bere. Saat itu, aparat desa mengungkapkan kepada tim tersebut bahwa masalah utama yang terjadi di Desa Bere ialah air minum bersih,” ungkap sumber tersebut.
Bahkan, pada saat sosialisasi ini, sumber itu mengatakan bahwa dirinya pernah menyuarakan, “Kalau bisa program PAMSIMAS ini dipakai untuk pengadaan air minum bersih di Kampung Nanga. Sebab, Kampung Nanga merupakan satu-satunya kampung yang ada di desa tersebut yang tidak tersentuh oleh air minum bersih.”
“Namun, pada saat sosialisasi program tersebut, tidak ada kejelasan apakah Pemerintah Desa Bere akan menindaklanjuti hal tersebut. Tiba-tiba, pada bulan November lalu, ada beberapa pipa yang didatangkan ke Desa Bere dan diturunkan tepat di depan rumah pribadi Kepala Desa Bere yang terletak di Kampung Akel,” jelas dia.
“Beberapa minggu lalu, pipa tersebut digunakan untuk pemeliharaan jaringan air yang bersumber dari “Wae Ngeluk”. Semua pipa lama yang ada diganti dengan pipa yang baru. Padahal pipa lama (yang diketahui berasal dari PPIP atau Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan tahun 2014/2015 dengan total dana Rp250 juta) masih sangat bagus. Kalau dilihat dari kualitasnya, pipa lama itu sangar kuat, karena terbuat dari bahan karet, dan tidak mudah pecah walaupun diinjak ban mobil,” jelas sumber tersebut.
Baca juga: Keluhan Warga Kampung Nanga Soal Air Minum Bersih
Sumber tersebut mengungkapkan bahwa pemeliharaan jaringan air tersebut tidak pernah disinggung apalagi dibicarakan di dalam rapat atau musyawarah desa. Masyarakat Desa Bere sendiri juga mengaku, mereka tidak tahu bahwa akan ada pengerjaan jaringan air di desanya. Apalagi, saat pengerjaannya, tidak ada papan tender yang terpasang di sana.
Lebih lanjut, kepada Dawainusa.com, seorang sumber yang tidak mau disebutkan namanya juga mengatakan bahwa ada dugaan bahwa dana yang dipakai dalam pengerjaan pemeliharaan jaringan air tersebut bersumber dari program PAMSIMAS.
Ia bahkan mengatakan bahwa dari informasi yang diketahuinya, ada dugaan bahwa dana yang didapatkan dari program PAMSIMAS untuk persoalan air minum bersih di Desa Bere itu mencapai Rp175 juta.
Selain itu, sumber tersebut juga melaporkan bahwa anggota-anggota pelaksana program tersebut tidak ditetapkan melalui musyawarah desa. Ia mengatakan, semua anggota yang mengerjakan program itu ditetapkan secara sepihak oleh Kades Bere.
Padahal, demikian dia, berdasarkan ketentuan Undang-undang, semuanya harus melalui musyawarah desa. Apalagi, jelas dia, ada badan khusus di desa yang sebenarnya bertanggung jawab untuk persoalan air ini.
“Ada divisi yang mengurus segala hal terkait air. Orang-orang di dalamnya ditentukan secara resmi melalui musyawarah desa. Mereka bahkan mendapatkan gaji setiap bulan dari Dana Desa. Tetapi, saat pengerjaan air ini, mereka ini tidak dipakai. Ada apa?” kata sumber tersebut.
Bahkan ia menemukan bahwa setelah diselidiki soal jumlah pengeluaran untuk pembelian pipa yang digunakan dalam pengerjaan pemeliharaan jaringan air yang sudah berlangsung tersebut, hanya menghabiskan dana mencapai Rp36 juta. Karena itu, ia mempertanyakan;
“Kalau memang benar dugaan bahwa pengerjaan pemeliharaan jaringan air tersebut ialah dari program PAMSIMAS dengan jumlah dana mencapai Rp175 juta, kemana sisa dana tersebut, yakni yang jumlahnya Rp139 juta?”.*
Selengkapnya: Diduga Korupsi, Kades Bere Tolak Diwawancara, Ada Apa?
#dawai #nusa #nusantara
Kemocengrapi: https://www.dawainusa.com/diduga-korupsi-kades-bere-tolak-diwawancara-ada-apa/